AWAS!!. Jangan Sampai Kehilangan Nilai Utamanya, Dalam Memanfaatkan Teknologi Dalam Beribadah.
Pesatnya kemajuan teknologi yang ada, mengharuskan kita manusia untuk mengikuti perubahan tersebut. Bukan hanya untuk urusan pekerjaan saja, namun dalam praktek ibadah juga tidak lepas dari intervensi teknologi tersebut.
Kreasi yang dilakukan oleh umat beragama, cara kita beragama melaksakan perintah Tuhan mengalami perubahan, dengan nilai-nilai dasar syariat yang tetap sama. Salah satu contohnya seperti jamaah haji atau umroh yang memanfaatkan travelator untuk melakukan tawaf ditanah suci.
Selaras dengan yang di disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada (10/11) dalam Tabligh Akbar Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) yang dihadiri oleh ratusan jemaah.
“Tetapi kalau enggak kuat jalan kaki kemudian juga memang secara fisik sangat lemah, ternyata kan boleh dengan duduk manis begitu, kemudian mengelilingi Ka’bah tujuh kali,” ungkap Mu’ti.
Menurut Abdul Mu’ti, penggunaan travelator bagi jemaah haji untuk tawaf adalah sebuah hal yang dibolehkan. Yang tidak boleh menurutnya adalah nilai utamanya, yaitu jumlah putaran tawaf berjumlah tujuh kali itu.
Bahkan, karena memanfaatkan teknologi ada ulama yang mewacanakan ibadah haji dengan metaverse. Akan tetapi wacana itu tidak sesuai dengan ayat perintah berhaji, dan Abdul Mu’ti juga tidak setuju dengan wacana itu.
Di sisi lain, penguasaan teknologi ini menurutnya juga diperlukan untuk merawat lembaga Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Sebab, AUM tidak boleh hanya sekadar bertahan, melainkan mengikuti segala dinamika dengan capaian yang diinginkan.
“Kita tidak boleh sekadar bertahan, tetapi juga mungkin bertengger. Kalau bertahan kan sekadara bertahan saja, kalau bertengger itu mesti di atas,….. Karena itu kuncinya agar kita ini bisa bertengger tidak sekadar bertahan maka memang harus ada inovasi, kreasi,” ungkapnya.