IMAM GOZALI RA, HAKIKAT GURU Menurut Penjelasan Beliau - MAJELIS AKHWAT BERCADAR

IMAM GOZALI RA, HAKIKAT GURU Menurut Penjelasan Beliau



Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

أَيُّهَا الْوَلَدُ، قَدْ عَلِمْتَ مِنْ هَاتَيْنِ الْحِكَايَتَيْنِ أَنَّكَ لَا تَحْتَاجُ إِلَى تَكْثِيْرِ الْعِلْمِ، وَالْآنَ أُبَيِّنُ لَكَ مَا يَجِبُ عَلَى سَالِكِ سَبِيْلِ الْحَقِّ

Wahai anakku, engkau telah mengerti dari dua cerita ini bahwasanya engkau tidak membutuhkan ilmu yang banyak, maka sekarang aku jelaskan apa yang wajib bagi para salik (penuntut) jalan yang benar


فَاعْلَمْ أَنَّهُ يَنْبَغِيْ لِلسَّالِكِ شَيْخٌ مُرْشِدٌ مُرَبٍّ لِيُخْرِجَ الْأَخْلَاقَ السَّيِّئَةَ مِنْهُ بِتَرْبِيَتِهِ وَيَجْعَلَ مَكَانَهَا خُلُقًا حَسَنًا. وَمَعْنَى التَّرْبِيَةِ يَشْبَهُ فِعْلَ الْفَلَّاحِ الَّذِيْ يَقْلَعُ الشَّوْكَ وَيُخْرِجُ النَّبَاتَاتِ الْأَجْنَبِيَّةَ مِنْ بَيْنِ الزَّرْعِ لِيَحْسُنَ نَبَاتُهُ وَيَكْمُلَ رِيْعُهُ


Ketahuilah bahwa sudah seharusnya bagi salik memiliki guru yang memberi petunjuk dan yang memberi pendidikan untuk menghilangkan akhlak yang buruk darinya dengan mendidik dan menjadikan akhlak yang baik di dalam dirinya.


 Makna pendidikan menyerupai dengan pekerjaan petani yang menghilangkan duri dan mencabuti tumbuhan pengganggu supaya tanamannya bagus dan hasilnya sempurna


وَلَا بُدَّ لِلسَّالِكِ مِنْ شَيْخٍ يُرَبِّيْهِ وَيُرْشِدُهُ إِلَى سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى، لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى أَرْسَلَ لِلْعِبَادِ رَسُوْلًا لِلْإِرْشَادِ إِلَى سَبِيْلِهِ. فَإِذَا ارْتَحَلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَدْ خَلَفَ الْخُلَفَاءَ فِيْ مَكَانِهِ حَتَّى يُرْشِدُوْا إِلَى اللهِ تَعَالَى

Maka harus bagi salik memiliki guru yang mengajarkan tata krama dan menunjukan ke jalan Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala mengutus untuk hamba-hamba-Nya seorang Rasul untuk memberi petunjuk jalan menuju-Nya. 


Ketika Rasul Saw wafat, para khalifah menggantikan posisinya sehingga mereka menunjukan jalan Allah Ta’ala (sebagai pengganti Rasulullah)


أَيُّهَا الْوَلَدُ، وَشَرْطُ الشَّيْخِ الَّذِيْ يَصْلُحُ أَن يَكُوْنَ نَائِبًا لِرَسُوْلِ الله صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ أَنْ يَكُوْنَ عَالِمًا، إِلَّا أَنَّ كُلَّ عَالِمٍ لَا يَصْلُحُ لِلْخِلَافَةِ. وَإِنِّيْ أُبَيِّنُ لَكَ بَعْضَ عَلَامَاتِهِ عَلَى سَبِيْلِ الْإِجْمَالِ حَتَّى لَا يَدَّعِيَ كُلُّ أَحَدٍ أَنَّهُ مُرْشِدٌ


Wahai anakku, syarat seorang guru yang layak disebut sebagai pengganti Rasul Saw adalah orang yang alim, tetapi tidak setiap orang alim layak untuk memimpin (menggantikan Rasulullah).

 Maka aku akan jelaskan kepadamu tanda-tandanya secara umum sehingga tidak semua orang bisa diklaim sebagai seorang guru (mursyid)


فَنَقُوْلُ: مَنْ يُعْرِضُ عَنْ حُبِّ الدُّنْيَا وَحُبِّ الْجَاهِ. وَكَانَ قَدْ تَابَعَ شَيْخًا بَصِيْرًا تَتَسَلْسَلُ مُتَابَعَتُهُ إِلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَكَانَ مُحْسِنًا رِيَاضَةَ نَفْسِهِ مِنْ قِلَّةِ الْأَكْلِ، وَالْقَوْلِ، وَالنَّوْمِ. وَكَثْرَةِ الصَّلَوَاتِ وَالصَّدَقَةِ، وَالصَّوْمِ


Maka saya katakan: beliau adalah orang berpaling dari cinta dunia dan jabatan. Beliau merupakan pengikut dari seseorang yang memiliki mata hati yang dapat menghubungkan pengikut-pengikutnya pada pemimpin para rasul Saw. 


Beliau adalah orang yang (terus-menerus) memperbaiki diri dengan melatih nafsunya dengan mengurangi makan, berbicara, dan tidur. Beliau juga memperbanyak sholat, sedekah, dan berpuasa


وَكَانَ بِمُتَابَعَةِ الشَّيْخِ الْبَصِيْرِ جَاعِلًا مُحَاسِنَ الْأَخْلَاقِ لَهُ سِيْرَةً كَالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَالشُّكْرِ وَالتَّوَكُّلِ وَالْيَقِيْنِ وَالسَّخَاءِ وَالْقَنَاعَةِ وَطُمَأْنِيْنَةِ النَّفْسِ وَالْحِلْمِ وَالتَّوَاضُعِ وَالْعِلْمِ وَالصِّدْقِ وَالْحَيَاءِ وَالْوَفَاءِ وَالْوَقَارِ وَالسُّكُوْنِ وَالتَّأَنِّيْ وَأَمْثَالِهَا


Karena mengikuti seorang guru yang tajam mata hatinya itu membuat akhak menjadi baik, baginya perilaku baik seperti sabar, shalat, syukur, tawakkal, yakin, dermawan, qana’ah, ketenangan hati, bijaksana, rendah hati, pandai, jujur, malu, menepati janji, tenang, tidak tergesa-gesa, dan perilaku-perilaku baik yang lain

فَهُوَ إِذًا نُوْرٌ مِنْ أَنْوَارِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْلُحُ لِلْاِقْتِدَاءِ بِهِ. وَلَكِنَّ وُجُوْدَ مِثْلِهِ نَادِرٌ أَعَزٌّ مِنَ الْكَبْرِيْتِ الْأَحْمَرِ، وَمَنْ سَاعَدَتْهُ السَّعَادَةُ فَوَجَدَ شَيْخًا كَمَا ذَكَرْنَا وَقَبِلَهُ الشَّيْخُ، يَنْبَغِيْ أَنْ يَحْتَرِمَهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا

Maka seorang guru tersebut adalah cahaya dari cahaya Nabi Saw yang layak untuk diikuti. Tetapi keberadaan guru seperti itu lebih langka dari belerang merah. Barang siapa yang beruntung dapat menemukan guru seperti yang aku jelaskan dan guru tersebut menerimanya, maka sebaiknya orang tersebut memuliakannya secara zahir dan batin


أَمَّا احْتِرَامُ الظَّاهِرِ فَهُوَ أَنْ لَا يُجَادِلَهُ، وَلَا يَشْتَغِلَ بِالْاِحْتِجَاجِ مَعَهُ فِيْ كُلِّ مَسْأَلَةٍ وَإِنْ عَلِمَ خَطَأَهُ، وَلَا يُلْقِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ سَجَّادَتَهُ إِلَّا وَقْتَ أَدَاءِ الصَّلَاةِ، فَإِذَا فَرَغَ (مِنَ الصَّلَاةِ) يَرْفَعُهَا، وَلَا يُكْثِرُ نَوَافِلَ الصَّلَاةِ بِحَضْرَتِهِ، وَيَعْمَلُ مَا يَأْمُرُهُ الشَّيْخُ مِنَ الْعَمَلِ بِقَدْرِ وُسْعِهِ وَطَاقَتِهِ


Adapun memuliakan secara zahir adalah seorang murid tidak boleh mendebat gurunya, tidak diperkenankan untuk berargumen pada setiap persoalan walaupun mengetahui kesalahan gurunya, juga tidak boleh meletakkan sajadah guru di hadapannya kecuali pada waktu sholat, ketika selesai (shalat) maka langsung mangangkatnya, juga tidak memperbanyak shalat sunah di hadapannya, dan (hendaknya) melakukan amalan yang diperintahkan guru dengan segenap kemampuan dan semaksimal mungkin


وَأَمَّا اِحْتِرَامُ الْبَاطِنِ فَهُوَ أَنَّ كُلَّ مَا يَسْمَعُ وَيَقْبَلُ مِنْهُ فِي الظَّاهِرِ لَا يُنْكِرُهُ فِي الْبَاطِنِ، لَا فِعْلًا وَلَا قَوْلًا لِئَلَّا يَتَّسِمُ بِالنِّفَاقِ، وَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ يَتْرُكْ صُحْبَتَهُ إِلَى أَنْ يُوَافِقَ بَاطِنُهُ ظَاهِرَهُ. وَيَحْتَرِز عَنْ مُجَالَسَةِ صَاحِبِ السُّوْءِ لِيُقْصِيَ وِلَايَةَ شَيَاطِيْنِ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ مِنْ صَحْنِ قَلْبِهِ فَيُصْفِيْ عَنْ لُوْثِ الشَّيْطَنَةِ، وَعَلَى كُلِّ حَالٍ يَخْتَارُ الْفَقْرَ (عَلَى الْغِنَى)


Adapun memuliakan secara batin yaitu semua yang didengar dan diterima secara zahir dari guru itu tidak boleh ditentang secara batin, baik itu dengan ucapan atau perbuatan supaya tidak disebut dengan orang yang munafik, apabila belum mampu sebaiknya ia (murid) tidak menemaninya sampai batin dan zahirnya saling bersesuaian.

 Menjaga dari bergaul dengan orang yang berperilaku buruk supaya mempersempit wilayah setan, jin, dan manusia dari serambi hatinya sehingga nantinya bersih dari sifat tercela setan. 

Si murid lebih memilih fakir dari pada kaya dalam setiap keadaan

Referensi: ayyuhal walad karya Imam gozali 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url