Bagaimana Menjadi Perempuan dan Ibu Yang Baik.
Suatu ketika Rasulullah pernah memerintah kepada putrinya, Fatimah untuk belajar menjadi ibu dan istri teladan.
“Hai anakku, apabila kamu ingin belajar menjadi ibu dan istri yang baik, datanglah kepada seorang ibu yang bernama Muthi’ah,” kata Nabi sembari menjelaskan arah kediaman perempuan dimaksud yang tinggal di luar kota Madinah.
Maka berangkatlah Sayyidah Fatimah yang disertai putranya Hasan. Sesampai di rumah tersebut, lalu mengucapkan salam dan mengetuk pintu.
Waktu itu Muthi’ah sedang sendirian, karena suaminya sedang bekerja. Karena demikian, Hasan tidak diperkenankan masuk dan disuruh menunggu di luar.
Saat di dalam rumah, Fatimah mengutarakan maksud kedatangannya yang disuruh Rasulullah untuk belajar menjadi perempuan ideal.
Sang tuan rumah heran, dan tidak tahu hal apa yang harus disampaikan kepada tamunya. Perasaan serupa juga dirasakan Fatimah karena yang dilihat tidak ada barang istimewa di kediaman Muthi’ah.
Sebagai layaknya tamu, Fatimah kemudian memperhatikan seisi rumah yang kemudian berhenti pada sudut rungan. Di sana terdapat tiga buah benda yang terawat dengan rapi. Ketiga benda itu adalah baskom yang berisi air bersih jernih, sebuah handuk kecil dan sebatang rotan. Karena penasaran, Fatimah kemudian menanyakan makna dan fungsi ketiga benda itu.
“Apabila suami saya pulang, tentunya dengan muka kotor lantaran terkena debu, kusut, penat dan letih,” ujar Muthi'ah.
Dengan demikian, ia membiasakan untuk mengelap muka dan badan sang suami kala pulang, agar terlihat bersih dan segar, kemudian mandi.
Atas penjelasan tersebut, Fatimah paham dan kemudian menanyakan fungsi rotan.
“Setelah suami mandi, maka saya menamaninya makan dari menu yang telah saya masak sendiri,” urainya.
Usai makan, Muthi’ah mengambil sebatang rotan tersebut dan menyerahkan kepada suami. “Kalau suami merasa kurang puas dengan pelayanan yang ada, saya bersedia dipukul dengan rotan tersebut,” ungkapnya.
Karena kaget mendengar penjelasan ini, Fatimah kembali bertanya: “Suami kamu memukul atau tidak?”
Muthi’ah menjawab: “Suami saya tetap mengambil rotan, tetapi melemparkannya ke samping, Lalu mendekati saya dengan penuh kasih sayang,” tutupnya.
Mendengar penuturan tersebut, akhirnya Fatimah menjadi mengerti. Adalah tepat kalau Rasulullah menyuruhnya belajar kepada Muthi’ah untuk bisa menjadi istri dan ibu yang baik.