SHOLAT RAGHA'IB(sholat malam nisfu sya'ban), Arti dan Dalilnya. - MAJELIS AKHWAT BERCADAR

SHOLAT RAGHA'IB(sholat malam nisfu sya'ban), Arti dan Dalilnya.

 

Gabung

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 


DOKUMENTASI HASIL TANYA JAWAB DI GRUP MENURUT 4 MADZHAB (24) 


PERTANYAAN:๐Ÿ—ฃ️

1) Ustadz Abdullah Sidiq I .

Assalamualaikum 

Apa boleh shalat ragha'ib, yang biasanya dilakukan di pertengahan bulan sya'ban? 

Mohon bantuan para ustadz

๐Ÿ˜Š๐Ÿ™


JAWABAN:๐Ÿ—ฃ️

1) USTADZ Nderek Dawuh 

Wallaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh

Robbisrohli Sodri wayassirli amri wahlul 'uqdatanmillisani yafqohu qouli


jd gak sedikit dari yg mau ngerjain merasa ragu ๐Ÿ˜ karena shalat sunnah tersebut gak henti2 ny kadang dianggap bid‘ah, munkar, dan gak ada dasar dalilnya oleh sebagian kalangan oleh karena itu, makanya Al faqir sedikit memperjelas


Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin jilid 1 halaman 203

menjelaskan tata caranya, mulai dari jumlah rakaat hingga bacaannya: 


 ูˆุฃู…ุง ุตู„ุงุฉ ุดุนุจุงู† ูู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุฎุงู…ุณ ุนุดุฑ ู…ู†ู‡ ูŠุตู„ูŠ ู…ุงุฆุฉ ุฑูƒุนุฉ ูƒู„ ุฑูƒุนุชูŠู† ุจุชุณู„ูŠู…ุฉ ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ูƒู„ ุฑูƒุนุฉ ุจุนุฏ ุงู„ูุงุชุญุฉ ู‚ู„ ู‡ูˆ ุงู„ู„ู‡ ุฃุญุฏ ุฅุญุฏู‰ ุนุดุฑุฉ ู…ุฑุฉ ูˆุฅู† ุดุงุก ุตู„ู‰ ุนุดุฑ ุฑูƒุนุงุช ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ูƒู„ ุฑูƒุนุฉ ุจุนุฏ ุงู„ูุงุชุญุฉ ู…ุงุฆุฉ ู…ุฑุฉ ู‚ู„ ู‡ูˆ ุงู„ู„ู‡ ุฃุญุฏ ูู‡ุฐุง ุฃูŠุถุงً ู…ุฑูˆูŠ ููŠ ุฌู…ู„ุฉ ุงู„ุตู„ูˆุงุช ูƒุงู† ุงู„ุณู„ู ูŠุตู„ูˆู† ู‡ุฐู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆูŠุณู…ูˆู†ู‡ุง ุตู„ุงุฉ ุงู„ุฎูŠุฑ ูˆูŠุฌุชู…ุนูˆู† ููŠู‡ุง ูˆุฑุจู…ุง ุตู„ูˆู‡ุง ุฌู…ุงุนุฉ 


Adapun shalat sunnah Sya‘ban adalah malam kelima belas bulan Sya‘ban. Dilaksanakan sebanyak seratus rakaat. Setiap dua rakaat satu salam. Setiap rakaat setelah Al-Fatihah membaca Qulhuwallahu ahad sebanyak 11 kali. Jika mau, seseorang dapat shalat sebanyak 10 rakaat. Setiap rakaat setelah Al-Fatihah Qulhuwallahu ahad 100 kali. Ini juga diriwayatkan dalam sejumlah shalat yang dilakukan orang-orang salaf dan mereka sebut sebagai shalat khair. Mereka berkumpul untuk menunaikannya. Mungkin mereka menunaikannya secara berjamaah


Al-Ghazali bukan tanpa alasan menganjurkan shalat nisfu Sya‘ban ini. mendasarinya dengan riwayat Al-Hasan Ihya ‘Ulumiddin, Jilid 1, hal 203 dan Qutul Qulub, hal. 114


ุฑูˆูŠ ุนู† ุงู„ุญุณู† ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„ ุญุฏุซู†ูŠ ุซู„ุงุซูˆู† ู…ู† ุฃุตุญุงุจ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฅู† ู…ู† ุตู„ู‰ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ููŠ ู‡ุฐู‡ ุงู„ู„ูŠู„ุฉ ู†ุธุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฅู„ูŠู‡ ุณุจุนูŠู† ู†ุธุฑุฉ ูˆู‚ุถู‰ ู„ู‡ ุจูƒู„ ู†ุธุฑุฉ ุณุจุนูŠู† ุญุงุฌุฉ ุฃุฏู†ุงู‡ุง ุงู„ู…ุบูุฑุฉ 

Diriwayatkan dari Al-Hasan. Dikatakannya, ‘Telah meriwayatkan kepadaku tiga puluh sahabat Nabi shallalu ‘alaihi wasallam. ‘Sungguh orang yang menunaikan shalat ini pada malam ini (nisfu Sya‘ban), maka Allah akan memandangnya sebanyak tujuh puluh kali dan setiap pandangan Dia akan memenuhi tujuh puluh kebutuhan. Sekurang-kurangnya kebutuhan adalah ampunan


Tapi pentakhrij hadits kitab Ihya ‘Ulumidddin menyatakan bahwa hadits tentang shalat malam nisfu Sya‘ban ini batil sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-‘Iraqi dari Mazhab Syafi’i. Sementara hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari ‘Ali bin Abi Thalib–yang menyatakan, “Ketika malam pertengahan bulan Sya‘ban, maka bangunlah malam harinya dan berpuasalah di siang harinya, bersanad lemah


dlm Sayyid Muhammad ibn ‘Alawi Al-Maliki, Madza fi Sya‘ban, hal. 116

Termasuk hadits yang ditolak menurut Al-Ghumari adalah hadits tentang tata cara shalat nisfu Sya‘ban dari ‘Ali bin Abi Thalib yang menyatakan, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam nisfu Sya‘ban bangun dan shalat sebanyak 14 rakaat. Kemudian, setelah selesai, beliau  duduk lalu membaca Surat Al-Fatihah sebanyak 14 kali, membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 14 kali, membaca Al-Falaq sebanyak 14 kali, membaca Surah An-Nas sebanyak 14 kali, membaca Ayat Kursi sekali. Usai shalat, aku menanyakannya. Rasulullah menjawab, ‘Siapa saja yang menunaikan seperti apa yang aku tunaikan, maka ia akan mendapat pahala 20 haji mabrur, pahala puasa 20 tahun yang diterima.’ Hadits ini juga maudhu sebagaimana yang dinaskan oleh al-Baihaqi dan yang lain


Selain itu, hadits tentang shalat nisfu Sya‘ban yang berjumlah 100 rakaat juga dianggap bid‘ah oleh Imam An-Nawawi. Hal itu seperti yang dituliskannya dalam Al-Majmu‘ Syarhul Muhadzdzab.

 jilid 4, hal 56


 (ุงู„ْุนَุงุดِุฑَุฉُ) ุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ุงู„ْู…َุนْุฑُูˆูَุฉُ ุจุตู„ุงุฉ ุงู„ุฑุบุงุฆุจ ูˆู‡ูŠ ุซู†ุชู‰ ุนَุดْุฑَุฉَ ุฑَูƒْุนَุฉً ุชُุตَู„َّู‰ ุจَูŠْู†َ ุงู„ْู…َุบْุฑِุจِ ูˆَุงู„ْุนِุดَุงุกِ ู„َูŠْู„َุฉَ ุฃَูˆَّู„ِ ุฌُู…ُุนَุฉٍ ูِูŠ ุฑَุฌَุจٍ ูˆَุตَู„َุงุฉُ ู„َูŠْู„َุฉِ ู†ِุตْูِ ุดَุนْุจَุงู†َ ู…ِุงุฆَุฉُ ุฑَูƒْุนَุฉٍ ูˆَู‡َุงุชَุงู†ِ ุงู„ุตَّู„َุงุชَุงู†ِ ุจِุฏْุนَุชَุงู†ِ ูˆَู…ُู†ْูƒَุฑَุงุชَุงู†ِ ู‚َุจِูŠุญَุชَุงู†ِ ูˆَู„َุง ูŠُุบْุชَุฑُّ ุจِุฐِูƒْุฑِ ู‡ِู…َุง ูِูŠ ูƒِุชَุงุจِ ู‚ُูˆุชِ ุงู„ْู‚ُู„ُูˆุจِ ูˆَุฅِุญْูŠَุงุกِ ุนُู„ُูˆู…ِ ุงู„ุฏِّูŠู†ِ 


“Kesepuluh adalah shalat yang dikenal dengan Shalat Ar-Ragha’ib, yaitu 12 rakaat yang dilaksanakan antara maghrib dan isya pada malam Jumat pertama bulan Rajab dan shalat malam nisfu Sya‘ban sebanyak 100 rakaat.  Dua shalat ini adalah bid‘ah, munkar, dan buruk. Jangan tertipu dengan penyebutan dua shalat dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya ‘Ulumiddin



Walau status hadits ini lemah, tapi banyak riwayat lain yang menguatkannya. Hadits yang menguatkannya antara lain adalah riwayat berikut

:   ูŠَุทَّู„ِุนُ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَุฒَّ ูˆَุฌَู„َّ ุฅِู„َู‰ ุฎَู„ْู‚ِู‡ِ ู„َูŠْู„َุฉَ ุงู„ู†ِّุตْูِ ู…ِู†ْ ุดَุนْุจَุงู†َ ูَูŠَุบْูِุฑُ ู„ِุนِุจَุงุฏِู‡ِ ุฅِู„َّุง ู„ِุงุซْู†َูŠْู†ِ: ู…ُุดَุงุญِู†ٍ، ูˆَู‚َุงุชِู„ِ ู†َูْุณٍ 

Artinya, “Allah senantiasa memperhatikan makhluk-Nya pada malam nisfu Sya‘ban. Maka Dia akan mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali dua: hamba yang saling bermusuhan dan yang membunuh,” (HR. Ahmad).


๐Ÿ‘‰Yang jelas menghidupkan malam nisfu Sya‘ban merupakan hal yang disepakati, termasuk dengan amalan shalat sunnah. 

๐Ÿ‘‰Yang dipermasalahkan oleh sebagian kalangan, termasuk oleh An-Nawawi adalah shalat sunnah nisfu Sya‘ban yang 100 dan 14 rakaat, sebab dasar dalilnya bermasalah


๐Ÿ‘‰mengisinya dengan shalat sunnah yang lain, seperti shalat sunnah awwabin, shalat sunnat taubat, shalat sunnah  tahajud, shalat sunnah witir, dan seterusnya, tidak dipermasalahkan. Termasuk shalat sunnah nisfu Sya‘ban yang berjumlah dua rakaat. Sebab tidaklah tercela menambahkan niat lain ke dalam suatu shalat sunnah, dengan catatan setelah ikhlas karena Allah, sebagaimana yang disebutkan oleh Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki:   

ู„ุง ูŠู‚ุฏุญ ููŠ ู†ูŠุฉ ุงู„ู…ุตู„ูŠ ุฅุฐุง ู…ุง ู†ูˆู‰ ุจุนุฏ ุงู„ุฅุฎู„ุงุต ู„ู„ู‡ ุจุตู„ุงุชู‡ ู†ูŠุฉ ุฃุฎุฑู‰ ู…ู†ุฏุฑุฌุฉ ุชุญุช ู†ูŠุชู‡ ุงู„ุฃุตู„ูŠุฉ ูˆู…ุถุงูุฉ ุฅู„ูŠู‡ุง

 Artinya, “Dalam niat orang yang shalat setelah ia meniati shalatnya dengan ikhlas karena Allah, tidak tercela ada niat lain yang masuk ke dalam niat asalnya dan niat itu ditambahkan kepadanya


Ditegaskan oleh Al-Maliki, dalam sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada dalil yang menunjukkan hal itu. Bahkan, banyak dalil yang menganjurkan, mendorong, dan mengajak untuk melakukannya. Dalil paling sahih dalam hal ini adalah shalat istikharah, shalat sunnah tobat, shalat sunnah hajat, dan masih banyak lagi shalat sunnah dengan niat yang berbeda-beda dan untuk berbagai tujuan pribadi


Termasuk shalat sunnah safar dan shalat sunnah di malam pengantin. Secara umum, perintah shalat dua rakaat ketika memiliki suatu hajat telah disampaikan oleh Rasulullah shallllahu ‘alaihi wasallam.

  ู…َู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู„َู‡ُ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ุญَุงุฌَุฉٌ، ุฃَูˆْ ุฅِู„َู‰ ุฃَุญَุฏٍ ู…ِู†ْ ุจَู†ِูŠ ุขุฏَู…َ ูَู„ْูŠَุชَูˆَุถَّุฃْ ูˆَู„ْูŠُุญْุณِู†ِ ุงู„ْูˆُุถُูˆุกَ، ุซُู…َّ ู„ِูŠُุตَู„ِّ ุฑَูƒْุนَุชَูŠْู†ِ، ุซُู…َّ ู„ِูŠُุซْู†ِ ุนَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ِ

 Artinya, “Siapa saja yang memiliki suatu hajat

,atau kebutuhan kepada seorang bani Adam, maka wudhulah, dan membaguskan wudhunya,  kemudian shalat dua rakaat, lalu memuji Allah.


Jd penambahan niat nisfu Sya‘ban pada shalat sunnah setelah berniat ikhlas karena Allah tidak ada masalah. Tidak dianggap bid‘ah. Justru sesuai dengan sunnah. Yang dianggap tak berdasar adalah shalat sunnah 100 rakaat atau 14 rakaat. Terlebih kebanyakan umat Islam di Indonesia menunaikan shalat malam nisfu Sya'ban yang dua rakaat. Lagi pula, yang perlu diperhatikan adalah keikhlasan dalam shalat sunnah. Shalat sunnah yang jelas dalilnya pun jika diniatkan ingin diperhatikan orang termasuk hal tercela sebagaimana disinggung hadits riwayat Ibnu Majah dan Al-Baihaqi dlm Al-Maliki, Madza fi Sya‘ban: hal. 112


   ุงู„ุดِّุฑْูƒُ ุงู„ْุฎَูِูŠُّ، ุฃَู†ْ ูŠَู‚ُูˆู…َ ุงู„ุฑَّุฌُู„ُ ูŠُุตَู„ِّูŠ، ูَูŠُุฒَูŠِّู†ُ ุตَู„َุงุชَู‡ُ، ู„ِู…َุง ูŠَุฑَู‰ ู…ِู†ْ ู†َุธَุฑِ ุฑَุฌُู„ٍ


Wallahu'alam


JAWABAN:

2) THy Ella Ummu Elaummu FirazHaikal R .

๐Ÿ—ฃ️๐Ÿ—ฃ️Abdullah Sidiq I 


Bismillah


Dalam MAZHAB SYAFIIYAH

Fatawa Imam Ar-Ramli As-Syafi’i terdapat pertanyaan tentang shalat Raghaib,


ุณُุฆِู„َ ุนَู†ْ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุงู„َّุชِูŠ ูŠُุณَู…ُّูˆู†َู‡َุง ุตَู„َุงุฉَ ุงู„ุฑَّุบَุงุฆِุจِ ู‡َู„ْ ู„َู‡َุง ุฃَุตْู„ٌ، ูˆَู‡َู„ْ ูˆَุฑَุฏَ ูِูŠู‡َุง ุฃَุญَุงุฏِูŠุซُ ุฃَู…ْ ู„َุง؟


Beliau ditanya tentang shalat yang disebut shalat raghaib.


 Apakah ada dasarnya?


(ูَุฃَุฌَุงุจَ) ุจِุฃَู†َّู‡ُ ู„َู…ْ ูŠَุตِุญَّ ูِูŠ ุดَู‡ْุฑِ ุฑَุฌَุจٍ ุตَู„َุงุฉٌ ู…َุฎْุตُูˆุตَุฉٌ ุชَุฎْุชَุตُّ ุจِู‡ِ، ูˆَุงู„ْุฃَุญَุงุฏِูŠุซُ ุงู„ْู…َุฑْูˆِูŠَّุฉُ ูِูŠ ูَุถْู„ِ ุตَู„َุงุฉِ ุงู„ุฑَّุบَุงุฆِุจِ ูِูŠ ุฃَูˆَّู„ِ ุฌُู…ُุนَุฉٍ ู…ِู†ْ ุดَู‡ْุฑِ ุฑَุฌَุจٍ ูƒَุฐِุจٌ ุจَุงุทِู„ٌ، ูˆَู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ุจِุฏْุนَุฉٌ ุนِู†ْุฏَ ุฌُู…ْู‡ُูˆุฑِ ุงู„ْุนُู„َู…َุงุกِ ูˆَู…ِู…َّู†ْ ุฐَูƒَุฑَ ุฐَู„ِูƒَ ู…ِู†ْ ุฃَุนْูŠَุงู†ِ ุงู„ْุนُู„َู…َุงุกِ ุงู„ْู…ُุชَุฃَุฎِّุฑِูŠู†َ ู…ِู†ْ ุงู„ْุญُูَّุงุธِ ุฃَุจُูˆ ุฅุณْู…َุงุนِูŠู„َ ุงู„ْุฃَู†ْุตَุงุฑِูŠِّ ูˆَุฃَุจُูˆ ุจَูƒْุฑِ ุจْู†ُ ุงู„ุณَّู…ْุนَุงู†ِูŠِّ ูˆَุฃَุจُูˆ ุงู„ْูَุถْู„ِ ุจْู†ُ ู†َุงุตِุฑٍ ูˆَุฃَุจُูˆ ุงู„ْูَุฑْุฌِ ุจْู†ُ ุงู„ْุฌَูˆْุฒِูŠِّ ูˆَุบَูŠْุฑُู‡ُู…ْ، ูˆَุฅِู†َّู…َุง ู„َู…ْ ูŠَุฐْูƒُุฑْู‡َุง ุงู„ْู…ُุชَู‚َุฏِّู…ُูˆู†َ؛ ู„ِุฃَู†َّู‡َุง ุฃُุญْุฏِุซَุชْ ุจَุนْุฏَู‡ُู…ْ ูˆَุฃَูˆَّู„ُ ู…َุง ุธَู‡َุฑَุชْ ุจَุนْุฏَ ุงู„ْุฃَุฑْุจَุนِู…ِุงุฆَุฉِ ูَู„ِุฐَู„ِูƒَ ู„َู…ْ ูŠَุนْุฑِูْู‡َุง ุงู„ْู…ُุชَู‚َุฏِّู…ُูˆู†َ ูˆَู„َู…ْ ูŠَุชَูƒَู„َّู…ُูˆุง ูِูŠู‡َุง


Beliau menjawab:  ‎


‎”Tidak benar kalau di bulan Rajab terdapat shalat tertentu yang khusus di bulan ini.  ‎


Sedangkan hadis-hadis yang menyebutkan keutamaan shalat Raghaib di hari jum’at yang  ‎pertama di bulan Rajab adalah dusta dan bohong.


 Dan shalat Raghaib ini adalah bid’ah menurut mayoritas ulama. 


Diantara ulama saat ini yang menegaskan kebid’ahan shalat tersebut adalah Abu Ismail Al Anshari, Abu Bakr As Sam’ani, Abu Fadl bin Nashir, Abul  Faraj Ibnul Jauzi, dan beberapa ulama yang lain.


Adapun alasan mengapa ulama masa silam tidak pernah menyinggung hal ini adalah karena bid’ah shalat ini baru muncul setelah mereka meninggal. Pertama kali bid’ah ini muncul setelah awal abad ke-4 Hijriyah, oleh karena itu, ulama masa silam tidak mengenalnya, sehingga tidak membahasnya. (Fatawa Ar-Ramli fi Furu’ Al Fiqh As Syafi’i 2/17)‎


JAWABAN:

3) thy Atik saulan

๐Ÿ—ฃ️๐Ÿ—ฃ️๐Ÿ—ฃ️Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh..


Sy Hadir absen pak ustadz Abdullah Sidiq I 

Jawabnya Tidak boleh..


Menurut imam An-Nawawi

shalat raghaib, beliau menjawab,


ู‡ูŠ ุจุฏุนุฉ ู‚ุจูŠุญุฉ ู…ู†ูƒุฑุฉ ุฃุดุฏ ุฅู†ูƒุงุฑ، ู…ุดุชู…ู„ุฉ ุนู„ู‰ ู…ู†ูƒุฑุงุช ููŠุชุนูŠู† ุชุฑูƒู‡ุง ูˆุงู„ุฅุนุฑุงุถ


“Ibadah tersebut termasuk bid’ah tercela serta munkar yang paling munkar. Mengandung berbagai macam kemungkaran. Maka sudah jelas kewajiban meninggalkannya dan berpaling darinya” (Fatawa Imam An Nawawi, 57)


Bahkan di tempat lain ketika membahas shalat raghaib, beliau lebih tegas lagi,


ู‚ุงุชู„ ุงู„ู„ู‡ ูˆุงุถุนู‡ุง ูˆู…ุฎุชุฑุนู‡ุง , ูุฅู†ู‡ุง ุจุฏุนุฉ ู…ู†ูƒุฑุฉ ู…ู† ุงู„ุจุฏุน ุงู„ุชูŠ ู‡ูŠ ุถู„ุงู„ุฉ ูˆุฌู‡ุงู„ุฉ ูˆููŠู‡ุง ู…ู†ูƒุฑุงุช ุธุงู‡ุฑุฉ . ูˆู‚ุฏ ุตู†ู ุฌู…ุงุนุฉ ู…ู† ุงู„ุฃุฆู…ุฉ ู…ุตู†ูุงุช ู†ููŠุณุฉ ููŠ ุชู‚ุจูŠุญู‡ุง ูˆุชุถู„ูŠู„ ู…ุตู„ูŠู‡ุง ูˆู…ุจุชุฏุนู‡ุง ูˆุฏู„ุงุฆู„ ู‚ุจุญู‡ุง ูˆุจุทู„ุงู†ู‡ุง ูˆุชุถู„ูŠู„ ูุงุนู„ู‡ุง ุฃูƒุซุฑ ู…ู† ุฃู† ุชุญุตุฑ


“Semoga Allah memerangi orang yang mengada-adakan dan membuat-buat ibadah ini. Karena ibadah in adalah bid’ah yang munkar, termasuk dalam bid’ah yang sesat dan kebodohan. Di dalamnya terdapat berbagai kemungkarna yang nyata. Beberapa ulama telah menulis tulisan bermanfaat yang khusus mencela dan menjelaskan kesesatan serta kebid’ahan ibadah ini. Juga menjelaskan dalil tentang betapa tercela, batil dan sesatnya, orang yang melalukan ibadah tersebut dengan dalil yang terlalu banyak untuk bisa dihitung” (Syarah Shahih Muslim, 8/20)


Maaf jika jawaban ana kurang tepat..

Semoga bermanfaat..

Selanjutnya izin nyimak ya tadz๐Ÿ˜Š๐Ÿ™๐Ÿ™


JAWABAN:

4) Akhy Hamzah 

๐Ÿ—ฃ️๐Ÿ—ฃ️๐Ÿ—ฃ️๐Ÿ—ฃ️Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh


Terdapat hadits tentang shalat raghaib Namun hadits yang menerangkan tata cara shalat Roghoib dan keutamaannya adalah hadits maudhu’ (palsu)


ุนَู†ْ ุงَู†َุณِ ุจْู†ِ ู…َุงู„ِูƒٍ ู‚َุงู„َ: ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ุฑَุฌَุจُ ุดَู‡ْุฑُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَ ุดَุนْุจَุงู†ُ ุดَู‡ْุฑِู‰ ูˆَ ุฑَู…َุถَุงู†ُ ุดَู‡ْุฑُ ุงُู…َّุชِู‰. ู‚ِูŠْู„َ: ูŠَุง ุฑَุณُูˆْู„َ ุงู„ู„ู‡ِ، ู…َุง ู…َุนْู†َู‰ ู‚َูˆْู„ِูƒَ ุฑَุฌَุจُ ุดَู‡ْุฑُ ุงู„ู„ู‡ِ ؟ ู‚َุงู„َ: ู„ِุงَู†َّู‡ُ ู…َุฎْุตُูˆْุตٌ ุจِุงู„ْู…َุบْูِุฑَุฉِ، ูˆَ ูِูŠْู‡ِ ุชُุญْู‚َู†ُ ุงู„ุฏّู…َุงุกُ، ูˆَ ูِูŠْู‡ِ ุชَุงุจَ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َู‰ ุงَู†ْุจِูŠَุงุฆِู‡ِ، ูˆَ ูِูŠْู‡ِ ุงَู†ْู‚َุฐَ ุงَูˆْู„ِูŠَุงุกَู‡ُ ู…ِู†ْ ูŠَุฏِ ุงَุนْุฏَุงุฆِู‡ِ. ู…َู†ْ ุตَุงู…َู‡ُ ุงِุณْุชَูˆْุฌَุจَ ุนَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ุชَุนَุงู„َู‰ ุซَู„َุงุซَุฉَ ุงَุดْูŠَุงุกَ: ู…َุบْูِุฑَุฉٌ ู„ِุฌَู…ِูŠْุนِ ู…َุง ุณَู„َูَ ู…ِู†ْ ุฐُู†ُูˆْุจِู‡ِ، ูˆَ ุนِุตْู…َุฉٌ ูِูŠْู…َุง ุจَู‚ِูŠَ ู…ِู†ْ ุนُู…ُุฑِู‡ِ، ูˆَ ุงَู…َุงู†ًุง ู…ِู†َ ุงู„ْุนَุทَุดِ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْุนَุฑَุถِ ุงْู„ุงَูƒْุจَุฑِ. ูَู‚َุงู…َ ุดَูŠْุฎٌ ุถَุนِูŠْูٌ ูَู‚َุงู„َ: ูŠَุง ุฑَุณُูˆْู„َ ุงู„ู„ู‡ِ، ุงِู†ِّู‰ ู„َุงَุนْุฌِุฒُ ุนَู†ْ ุตِูŠَุงู…ِู‡ِ ูƒُู„ِّู‡، ูَู‚َุงู„َ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ุงَูˆَّู„َ ูŠَูˆْู…ٍ ู…ِู†ْู‡ُ، ูَุงِู†َّ ุงู„ْุญَุณَู†َุฉَ ุจِุนَุดْุฑِ ุงَู…ْุซَุงู„ِู‡َุง، ูˆَ ุงَูˆْุณَุทَ ูŠَูˆْู…ٍ ู…ِู†ْู‡ُ، ูˆَ ุขุฎِุฑَ ูŠَูˆْู…ٍ ู…ِู†ْู‡ُ، ูَุงِู†َّูƒَ ุชُุนْุทَู‰ ุซَูˆَุงุจَ ู…َู†ْ ุตَุงู…َู‡ُ ูƒُู„َّู‡ُ، ู„ูƒِู†ْ ู„َุง ุชَุบْูَู„ُูˆْุง ุนَู†ْ ุงَูˆَّู„ِ ู„َูŠْู„َุฉٍ ูِูŠ ุฑَุฌَุจَ، ูَุงِู†َّู‡َุง ู„َูŠْู„َุฉٌ ุชُุณَู…ِّูŠْู‡َุง ุงู„ْู…َู„َุงุฆِูƒَุฉُ ุงู„ุฑَّุบَุงุฆِุจَ، ูˆَ ุฐู„ِูƒَ ุงَู†َّู‡ُ ุงِุฐَุง ู…َุถَู‰ ุจِูƒَ ุงู„ู„َّูŠْู„ُ ู„َุง ูŠَุจْู‚َู‰ ู…َู„َูƒٌ ู…ُู‚َุฑَّุจٌ ูِูŠ ุฌَู…ِูŠْุนِ ุงู„ุณَّู…ูˆَุงุชِ ูˆَ ุงْู„ุงَุฑْุถِ ุงِู„َّุง ูˆَ ูŠَุฌْุชَู…ِุนُูˆْู†َ ูِูŠ ุงู„ْูƒَุนْุจَุฉِ ูˆَ ุญَูˆَุงู„َูŠْู‡َุง، ูَูŠَุทَّู„ِุนُ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَุฒَّ ูˆَ ุฌَู„َّ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ุงِุทْู„َุงุนَุฉً ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ: ู…َู„َุงุฆِูƒَุชِูŠ ุณَู„ُูˆْู†ِู‰ ู…َุง ุดِุฆْุชُู…ْ، ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُูˆْู†َ ูŠَุง ุฑَุจَّู†َุง ุญَุงุฌَุชُู†َุง ุงِู„َูŠْูƒَ ุงَู†ْ ุชَุบْูِุฑَ ู„ِุตَูˆَّุงู…ِ ุฑَุฌَุจَ، ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَุฒَّ ูˆَ ุฌَู„َّ: ู‚َุฏْ ูَุนَู„ْุชُ ุฐู„ِูƒَ. ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ูˆَู…َุง ู…ِู†ْ ุงَุญَุฏٍ ูŠَุตُูˆْู…ُ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْุฎَู…ِูŠْุณِ ุงَูˆَّู„َ ุฎَู…ِูŠْุณٍ ูِูŠْ ุฑَุฌَุจَ، ุซُู…َّ ูŠُุตَู„ّู‰ ูِูŠْู…َุง ุจَูŠْู†َ ุงู„ْุนِุดَุงุกِ ูˆَ ุงู„ْุนَุชَู…َุฉِ، ูŠَุนْู†ِู‰ ู„َูŠْู„َุฉَ ุงู„ْุฌُู…ُุนَุฉِ، ุงِุซْู†َุชَูŠْ ุนَุดْุฑَุฉَ ุฑَูƒْุนَุฉً، ูŠَู‚ْุฑَุฃُ ูِูŠ ูƒُู„ِّ ุฑَูƒْุนَุฉٍ ูَุงุชِุญَุฉَ ุงْู„ูƒِุชَุงุจِ ู…َุฑَّุฉً، ูˆَ ุงِู†َّุข ุงَู†ْุฒَู„ْู†َุงู‡ُ ูِูŠْ ู„َูŠْู„َุฉِ ุงู„ْู‚َุฏْุฑِ ุซَู„َุงุซَ ู…َุฑَّุงุชٍ، ูˆَ ู‚ُู„ْ ู‡ُูˆَ ุงู„ู„ู‡ُ ุงَุญَุฏٌ ุงุซْู†َุชَูŠْ ุนَุดْุฑَุฉَ ู…َุฑَّุฉً، ูŠَูْุตِู„ُ ุจَูŠْู†َ ูƒُู„ِّ ุฑَูƒْุนَุชَูŠْู†ِ ุจِุชَุณْู„ِูŠْู…َุฉٍ، ูَุงِุฐَุง ูَุฑَุบَ ู…ِู†ْ ุตَู„َุงุชِู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุนَู„َูŠَّ ุณَุจْุนِูŠْู†َ ู…َุฑَّุฉً، ุซُู…َّ ูŠَู‚ُูˆْู„ُ: ุงَู„ู„ّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ู…ُุญَู…َّุฏٍ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุงْู„ุงُู…ِูŠِّ ูˆَ ุนَู„َู‰ ุขู„ِู‡ِ، ุซُู…َّ ูŠَุณْุฌُุฏُ ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ ูِูŠ ุณُุฌُูˆْุฏِู‡ِ: ุณُุจُّูˆْุญٌ ู‚ُุฏُّูˆْุณٌ ุฑَุจُّ ุงู„ْู…َู„َุงุฆِูƒَุฉِ ูˆَ ุงู„ุฑُّูˆْุญِ ุณَุจْุนِูŠْู†َ ู…َุฑَّุฉً، ุซُู…َّ ูŠَุฑْูَุนُ ุฑَุฃْุณَู‡ُ ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ: ุฑَุจِّ ุงุบْูِุฑْ ู„ِูŠْ ูˆَ ุงุฑْุญَู…ْ ูˆَ ุชَุฌَุงูˆَุฒْ ุนَู…َّุง ุชَุนْู„َู…ُ ุงِู†َّูƒَ ุงَู†ْุชَ ุงู„ْุนَุฒِูŠْุฒُ ุงْู„ุงَุนْุธَู…ُ ุณَุจْุนِูŠْู†َ ู…َุฑَّุฉً، ุซُู…َّ ูŠَุณْุฌُุฏُ ุงู„ุซَّุงู†ِูŠَุฉَ ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ ู…ِุซْู„َ ู…َุง ู‚َุงู„َ ูِูŠ ุงู„ุณَّุฌْุฏَุฉِ ุงْู„ุงُูˆْู„َู‰، ุซُู…َّ ูŠَุณْุฃَู„ُ ุงู„ู„ู‡َ ุชَุนَุงู„َู‰ ุญَุงุฌَุชَู‡ُ، ูَุงِู†َّู‡َุง ุชُู‚ْุถَู‰. ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ูˆَ ุงู„َّุฐِู‰ ู†َูْุณِูŠ ุจِูŠَุฏِู‡ِ ู…َุง ู…ِู†ْ ุนَุจْุฏٍ ูˆَู„َุง ุงَู…َุฉٍ ุตَู„َّู‰ ู‡ุฐِู‡ِ ุงู„ุตَّู„َุงุฉَ ุงِู„َّุง ุบَูَุฑَ ุงู„ู„ู‡ُ ุชَุนَุงู„َู‰ ู„َู‡ُ ุฌَู…ِูŠْุนَ ุฐُู†ُูˆْุจِู‡ِ ูˆَ ุงِู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู…ِุซْู„َ ุฒَุจَุฏِ ุงู„ْุจَุญْุฑِ ูˆَ ุนَุฏَุฏَ ูˆَุฑَู‚ِ ุงْู„ุงَุดْุฌَุงุฑِ، ูˆَ ุดَูَุนَ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ูِูŠ ุณَุจْุนِู…ِุงุฆَุฉٍ ู…ِู†ْ ุงَู‡ْู„ِ ุจَูŠْุชِู‡ِ، ูَุงِุฐَุง ูƒَุงู†َ ูِูŠ ุงَูˆَّู„ِ ู„َูŠْู„َุฉٍ ูِูŠْ ู‚َุจْุฑِู‡ِ ุฌَุงุกَู‡ُ ุซَูˆَุงุจُ ู‡ุฐِู‡ِ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ، ูَูŠُุฌِูŠْุจُู‡ُ ุจِูˆَุฌْู‡ٍ ุทَู„ْู‚ٍ ูˆَ ู„ِุณَุงู†ٍ ุฐَู„ْู‚ٍ، ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ ู„َู‡ُ: ุญَุจِูŠْุจِูŠْ ุงَุจْุดِุฑْ ูَู‚َุฏْ ู†َุฌَูˆْุชَ ู…ِู†ْ ูƒُู„ِّ ุดِุฏَّุฉٍ، ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ: ู…َู†ْ ุงَู†ْุชَ، ูَูˆَ ุงู„ู„ู‡ِ ู…َุง ุฑَุฃَูŠْุชُ ูˆَุฌْู‡ًุง ุงَุญْุณَู†َ ู…ِู†ْ ูˆَุฌْู‡ِูƒَ، ูˆَู„َุง ุณَู…ِุนْุชُ ูƒَู„َุงู…ًุง ุงَุญْู„َู‰ ู…ِู†ْ ูƒَู„َุงู…ِูƒَ، ูˆَู„َุง ุดَู…َู…ْุชُ ุฑَุงุฆِุญَุฉً ุงَุทْูŠَุจَ ู…ِู†ْ ุฑَุงุฆِุญَุชِูƒَ، ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ ู„َู‡ُ: ูŠَุง ุญَุจِูŠْุจِูŠْ ุงَู†َุง ุซَูˆَุงุจُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุงู„َّุชِู‰ْ ุตَู„َّูŠْุชَู‡َุง ูِูŠ ู„َูŠْู„َุฉِ ูƒَุฐَุง ูِูŠ ุดَู‡ْุฑِ ูƒَุฐَุง، ุฌِุฆْุชُ ุงู„ู„َّูŠْู„َุฉَ ู„ِุงَู‚ْุถِู‰َ ุญَู‚َّูƒَ، ูˆَ ุงُูˆْู†ِุณَ ูˆَุญْุฏَุชَูƒَ، ูˆَ ุงَุฑْูَุนَ ุนَู†ْูƒَ ูˆَุญْุดَุชَูƒ، ูَุงِุฐَุง ู†ُูِุฎَ ูِูŠ ุงู„ุตُّูˆْุฑِ ุงَุธู„َู„ْุชُ ูِูŠ ุนُุฑْุตَุฉِ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ุนَู„َู‰ ุฑَุฃْุณِูƒَ، ูˆَ ุงَุจْุดِุฑْ ูَู„َู†ْ ุชَุนْุฏَู…َ ุงู„ْุฎَูŠْุฑُ ู…ِู†ْ ู…َูˆْู„َุงูƒَ ุงَุจَุฏًุง

 


Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Rajab adalah bulannya Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadlan adalah bulannya ummatku". Lalu ada yang bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan perkataan engkau 'Rajab adalah bulannya Allah' ?". Nabi shalallahu alaihi wasallam menjawab, Karena bulan itu dikhususkan dengan ampunan, di bulan itu darah dilindungi (tidak boleh ada pertumpahan darah), pada bulan itu Allah menerima taubat Nabi-nabi-Nya, pada bulan itu Allah menyelamatkan wali-wali-Nya dari tangan-tangan musuh-musuhnya. Barangsiapa berpuasa padanya pasti akan mendapatkan tiga hal dari Allah Ta'aalaa. 1) ampunan untuk semua dosa-dosanya yang telah lalu, 2) akan terjaga pada apa yang tersisa dari umurnya, dan 3) aman dari rasa haus pada hari para makhluq dihadapkan di hadapan Allah". Lalu ada orang tua yang lemah bangkit dan berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya tidak kuat untuk berpuasa seluruhnya". Maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Puasalah pada hari pertama, karena satu kebaikan itu dibalas dengan 10 kali lipat, lalu puasalah pada hari pertengahan bulan, dan pada hari terakhir dari bulan Rajab, maka sesungguhnya kamu akan diberi pahala orang yang berpuasa sebulan penuh. Tetapi jangan kamu lewatkan malam tanggal 1 bulan Rajab, karena malam itu adalah suatu malam yang para malaikat menamakannya Ar-Roghooib (banyak kesenangan-kesenangan). Dan yang demikian itu karena apabila berlalu malam padamu , tidaklah ada seorang malaikatpun yang dekat kepada Allah di semua langit dan bumi melainkan mereka semua berkumpul di Ka'bah dan sekitarnya, lalu Allah 'Azza wa Jalla muncul pada mereka dengan berfirman, "Wahai para malaikat-Ku, mintalah kepada-Ku apasaja yang kalian kehendaki". Lalu para malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, yang kami hajatkan kepada Engkau adalah agar Engkau mengampuni untuk orang-orang yang banyak berpuasa Rajab". Maka Allah berfirman, "Sungguh telah Ku-lakukan yang demikian itu".


Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seseorang yang berpuasa pada hari Kamis, yaitu Kamis yang pertama di bulan Rajab, kemudian shalat antara Maghib dan 'isyak, yaitu malam Jum'at sebanyak 12 reka'at, pada setiap reka'at membaca Al-Fatihah satu kali, innaa anzalnaahu fii lailatil qodr 3 kali, dan membaca Qul huwalloohu ahad 12 kali, melakukannya dengan dua reka'at salam, dua rekaat salam, dan apabila sudah selesai dari shalatnya lalu membaca shalawat untukku 70 kali, kemudian membaca "Alloohumma sholli 'alaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi", kemudian sujud, dan dalam sujudnya membaca "subbuuhun qudduusun robbul malaaikati war ruuh" 70 kali, kemudian mengangkat kepalanya dari sujud, lalu membaca robbighfirlii warham wa tajaawaz 'ammaa ta'lamu, innaka antal 'aziizul a'dhomu" 70 kali, kemudian sujud yang kedua, lalu membaca seperti yang dibaca pada sujud yang pertama, kemudian ia memohon kepada Allah Ta'aalaa apa yang dibutuhkannya, maka apa yang dibutuhkannya itu akan dipenuhi.


Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba laki-laki maupun perempuan yang melakukan shalat ini melainkan Allah Ta'aalaa akan mengampuni dosa-dosanya walaupun dosa-dosanya itu sebanyak buih di laut, dan sebanyak daun-daun pohon, dan pada hari qiyamat Allah akan memberi syafa'at beserta 700 orang dari keluarganya. Dan pada hari pertama ia di dalam quburnya, pahala shalat ini akan datang kepadanya, lalu menyambutnya dengan wajah yang berseri-seri dan dengan kata-kata yang manis, ia berkata, "Wahai kekasihku, bergembiralah kamu, karena kamu telah selamat dari segala kesulitan". Maka orang tersebut bertanya, "Siapakah engkau ? Demi Allah, aku belum pernah melihat wajah seindah wajahmu, aku belum pernah mendengar suara pembicaraan yang lebih manis daripada perkataanmu, dan aku belum pernah mencium aroma harum yang lebih harum daripada bau harummu". Maka ia menjawab, "Wahai kekasihku, aku adalah pahala shalat yang telah engkau lakukan pada malam demikian dan pada bulan demikian. Aku datang pada malam ini untuk memberikan hakmu, menghibur dirimu, dan menghilangkan kesepianmu. Dan apabila telah ditiup terompet pada hari qiyamat, aku akan menaungi di atas kepalamu dari panasnya hari qiyamat, dan bergembiralah, maka tidak akan ada habisnya kebaikan dari Tuhanmu selama-lamanya". [Al-Maudluu'aat juz 2, hal. 124]


Keterangan :


Hadits ini palsu yang diatasnamakan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dan di dalam sanadnya  ada perawi bernama Ibnu Juhaim Ash-Shufiy, para ahli hadits menganggapnya dia berdusta. [Al-Maudluu'aat juz 2, hal, 124]


Konon  Shalat Roghoib ini pertama kali dilaksanakan di Baitul Maqdis, setelah 480 Hijriyah dan tidak ada seorang pun yang pernah melakukan shalat ini sebelumnya. (Al Bida’ Al Hawliyah, 242)


Wallahu alam..... 


Semoga bermanfaat ๐ŸŒน๐ŸŒน


Baca juga MENGHALU SAAT SHOLAT

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url