TENTANG PENDUDUK SURGA DAN NERAKA YANG SUDAH DIKETAHUI - MAJELIS AKHWAT BERCADAR

TENTANG PENDUDUK SURGA DAN NERAKA YANG SUDAH DIKETAHUI


 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 


SYARAH HADITS : 

TENTANG PENDUDUK SURGA DAN NERAKA YANG SUDAH DIKETAHUI 


Siapa yang mau masuk surga? 

Jawabannya pasti semua dari kita berharap bisa masuk surga dan tidak ada yang mau ke neraka.


Meskipun kita semua tidak mengetahui dengan pasti bahwa kita ditakdirkan menjadi penghuni surga ataupun neraka,kita tetap harus menjalankan perintah Allah dengan sungguh sungguh dan berusaha untuk menjauhi segala larangan Nya,


Karena seseorang yang ditakdirkan masuk surga akan dimudahkan dalam berbuat kebaikan, dan begitupun sebaliknya,maka berprasangka baik saja, bahwa kita ditakdirkan menjadi penghuni surga,Semua pengharapan akan surga-Nya, kita buktikan dengan amal-amal shalih yang kita kerjakan. 

Aamiin๐Ÿคฒ❤


๐Ÿ€Diriwayatkan dari Hushain :

 ู‚َุงู„َ ุฑَุฌُู„ٌ ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฃَูŠُุนْุฑَูُ ุฃَู‡ْู„ُ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ู…ِู†ْ ุฃَู‡ْู„ِ ุงู„ู†َّุงุฑِ ู‚َุงู„َ ู†َุนَู…ْ ู‚َุงู„َ ูَู„ِู…َ ูŠَุนْู…َู„ُ ุงู„ْุนَุงู…ِู„ُูˆู†َ ู‚َุงู„َ ูƒُู„ٌّ ูŠَุนْู…َู„ُ ู„ِู…َุง ุฎُู„ِู‚َ ู„َู‡ُ ุฃَูˆْ ู„ِู…َุง ูŠُุณِّุฑَ ู„َู‡ُ

Ada seorang laki-laki bertanya : "Wahai Rasulullah, apakah penghuni surga dan penghuni neraka telah diketahui?

Jawab Nabi ๏ทบ : iya 

Orang tadi bertanya lagi, 'lantas apa gunanya orang beramal?' 

Nabi menjawab, "Setiap orang mengamalkan sesuai dengan apa yang diciptakan, -atau- kepada yang dimudahkan baginya."

(HR Bukhari nomor 6596)


Alhafidz Ibnu Hajar menjelaskan:

ูˆَูِูŠ ุงู„ْุญَุฏِูŠุซ ุฅِุดَุงุฑَุฉ ุฅِู„َู‰ ุฃَู†َّ ุงู„ْู…َุขู„ ู…َุญْุฌُูˆุจ ุนَู†ْ ุงู„ْู…ُูƒَู„َّู ูَุนَู„َูŠْู‡ِ ุฃَู†ْ ูŠَุฌْุชَู‡ِุฏ ูِูŠ ุนَู…َู„ ู…َุง ุฃُู…ِุฑَ ุจِู‡ِ ูَุฅِู†َّ ุนَู…َู„ู‡ ุฃَู…َุงุฑَุฉٌ ุฅِู„َู‰ ู…َุง ูŠَุคُูˆู„ُ ุฅِู„َูŠْู‡ِ ุฃَู…ْุฑู‡ ุบَุงู„ِุจًุง ูˆَุฅِู†ْ ูƒَุงู†َ ุจَุนْุถู‡ู…ْ ู‚َุฏْ ูŠُุฎْุชَู… ู„َู‡ُ ุจِุบَูŠْุฑِ ุฐَู„ِูƒَ ูƒَู…َุง ุซَุจَุชَ ูِูŠ ุญَุฏِูŠุซ ุงِุจْู† ู…َุณْุนُูˆุฏ ูˆَุบَูŠْุฑู‡ ู„َูƒِู†ْ ู„َุง ุงِุทِّู„َุงุน ู„َู‡ُ ุนَู„َู‰ ุฐَู„ِูƒَ ูَุนَู„َูŠْู‡ِ ุฃَู†ْ ูŠَุจْุฐُู„ ุฌَู‡ْุฏู‡ ูˆَูŠُุฌَุงู‡ِุฏ ู†َูْุณู‡ ูِูŠ ุนَู…َู„ ุงู„ุทَّุงุนَุฉ ู„َุง ูŠَุชْุฑُูƒ ูˆُูƒُูˆู„ًุง ุฅِู„َู‰ ู…َุง ูŠَุคُูˆู„ُ ุฅِู„َูŠْู‡ِ ุฃَู…ْุฑู‡ ูَูŠُู„َุงู… ุนَู„َู‰ ุชَุฑْูƒ ุงู„ْู…َุฃْู…ُูˆุฑ ูˆَูŠَุณْุชَุญِู‚ّ ุงู„ْุนُู‚ُูˆุจَุฉ ، ูˆَู‚َุฏْ ุชَุฑْุฌَู…َ ุงِุจْู† ุญِุจَّุงู† ุจِุญَุฏِูŠุซِ ุงู„ْุจَุงุจ " ู…َุง ูŠَุฌِุจ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู…َุฑْุก ู…ِู†ْ ุงู„ุชَّุดْู…ِูŠุฑ ูِูŠ ุงู„ุทَّุงุนَุงุช ูˆَุฅِู†ْ ุฌَุฑَู‰ ู‚َุจْู„َู‡َุง ู…َุง ูŠَูƒْุฑَู‡ ุงู„ู„َّู‡ُ ู…ِู†ْ ุงู„ْู…َุญْุธُูˆุฑَุงุช " ูˆَู„ِู…ُุณْู„ِู…ٍ ู…ِู†ْ ุทَุฑِูŠู‚ ุฃَุจِูŠ ุงู„ْุฃَุณْูˆَุฏ ุนَู†ْ ุนِู…ْุฑَุงู† ุฃَู†َّู‡ُ ู‚َุงู„َ ู„َู‡ُ : ุฃَุฑَุฃَูŠْุช ู…َุง ูŠَุนْู…َู„ ุงู„ู†َّุงุณ ุงู„ْูŠَูˆْู… ุฃَุดَูŠْุก ู‚ُุถِูŠَ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ูˆَู…َุถَู‰ ูِูŠู‡ِู…ْ ู…ِู†ْ ู‚َุฏَุฑٍ ู‚َุฏْ ุณَุจَู‚َ ุฃَูˆْ ูِูŠู…َุง ูŠَุณْุชَู‚ْุจِู„ُูˆู†َ ู…ِู…َّุง ุฃَุชَุงู‡ُู…ْ ุจِู‡ِ ู†َุจِูŠّู‡ู…ْ ูˆَุซَุจَุชَุชْ ุงู„ْุญُุฌَّุฉ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ؟ ูَู‚َุงู„َ : ู„َุง ุจَู„ْ ุดَูŠْุก ู‚ُุถِูŠَ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ูˆَู…َุถَู‰ ูِูŠู‡ِู…ْ ، ูˆَุชَุตْุฏِูŠู‚ ุฐَู„ِูƒَ ูِูŠ ูƒِุชَุงุจ ุงู„ู„َّู‡ ุนَุฒَّ ูˆَุฌَู„َّ ( ูˆَู†َูْุณٍ ูˆَู…َุง ุณَูˆَّุงู‡َุง ูَุฃَู„ْู‡َู…َู‡َุง ูُุฌُูˆุฑَู‡َุง ูˆَุชَู‚ْูˆَุงู‡َุง ) ูˆَูِูŠู‡ِ ู‚ِุตَّุฉ ู„ِุฃَุจِูŠ ุงู„ْุฃَุณْูˆَุฏ ุงู„ุฏُّุคَู„ِูŠّ ู…َุนَ ุนِู…ْุฑَุงู† ูˆَูِูŠู‡ِ ู‚َูˆْู„ู‡ ู„َู‡ُ : ุฃَูŠَูƒُูˆู†ُ ุฐَู„ِูƒَ ุธُู„ْู…ًุง ؟ ูَู‚َุงู„َ : ู„َุง ูƒُู„ّ ุดَูŠْุก ุฎَู„ْู‚ ุงู„ู„َّู‡ ูˆَู…ِู„ْูƒ ูŠَุฏู‡ ูَู„َุง ูŠُุณْุฃَู„ ุนَู…َّุง ูŠَูْุนَู„ . ู‚َุงู„َ ุนِูŠَุงุถ : ุฃَูˆْุฑَุฏَ ุนِู…ْุฑَุงู† ุนَู„َู‰ ุฃَุจِูŠ ุงู„ْุฃَุณْูˆَุฏ ุดُุจْู‡َุฉ ุงู„ْู‚َุฏَุฑِูŠَّุฉ ู…ِู†ْ ุชَุญَูƒُّู…ِู‡ِู…ْ ุนَู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ ูˆَุฏُุฎُูˆู„ِู‡ِู…ْ ุจِุขุฑَุงุฆِู‡ِู…ْ ูِูŠ ุญُูƒْู…ِู‡ِ ، ูَู„َู…َّุง ุฃَุฌَุงุจَู‡ُ ุจِู…َุง ุฏَู„َّ ุนَู„َู‰ ุซَุจَุงุชِู‡ِ ูِูŠ ุงู„ุฏِّูŠู† ู‚َูˆَّุงู‡ُ ุจِุฐِูƒْุฑِ ุงู„ْุขูŠَุฉ ูˆَู‡ِูŠَ ุญَุฏٌّ ู„ِุฃَู‡ْู„ِ ุงู„ุณُّู†َّุฉ.


Hadits ini mengisyaratkan, bahwa akibat dari sesuatu tidak diketahui oleh seseorang, oleh karena itu dia hendaknya bersungguh sungguh dalam melaksanakan apa yang diperintahkan. Karena amalnya adalah tanda yang biasanya akan mengantarkan ke arah yang telah ditandai oleh amalnya, walaupun sebagian manusia ternyata berakhir selain yang telah tampak tandanya, yaitu sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits Ibnu Mas'ud dan lainnya. 


Namun demikian, tidak seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti, karena itu setiap orang hendaknya mengerahkan segala kemampuan dirinya untuk melakukan ketaatan, dan tidak mengandalkan ketetapan yang telah ditetapkan sehingga mengesampingkan apa yang telah diperintahkan, karena hal itu akan menyebabkan dia berhak mendapat siksaan. 


Ibnu Hibban mencantumkan pada hadits bab ini dengan judul "Seseorang wajib berusaha sungguh-sungguh dalam melaksanakan ketaatan walaupun sebelumnya terjadi hal-hal yang dibenci Allah". 


Imam Muslim meriwayatkan dari jalur Abu Al Aswad, dari Imran, bahwa Abu Al Aswad berkata kepadanya, "Bagaimana menurutmu, apakah sesuatu yang dilakukan oleh manusia sekarang adalah apa yang telah ditetapkan pada mereka dan merupakan takdir yang dulu ditetapkan pada mereka, atau sesuatu yang kelak akan dialami mereka dari apa yang dibawakan oleh Nabi mereka dan ditegakkannya hujjah atas mereka?" 

Dia menjawab, "Bukan, akan tetapi itu adalah sesuatu yang telah ditetapkan dan diberlakukan pada mereka. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surah Asy-Syams ayat 8 :

Maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu dijalan kefasikan dan ketakwaan. 


Mengenai hal ini, ada kisah Abu AI Aswad dengan Imran, di dalamnya disebutkan, "Apakah itu suatu kezhaliman?" 

Imran menjawab, "Tidak, segala sesuatu diciptakan Allah dan milik-Nya, maka tidak dipertanyakan apa pun yang diperbuatan-Nya." 


Iyadh berkata, "Imran mengemukakan kepada Abu Al Aswad syubhat paham Qadariyah lantaran pengaduan mereka terhadap Allah dan masuknya pendapat mereka ke dalam ketetapan-Nya. Namun setelah menjawabnya dengan sesuatu yang menunjukkan kepastiannya di dalam agama, dia menguatkannya dengan menyebutkan ayat tersebut, dan itu adalah batasan bagi Ahlus Sunnah. 

(Fathul bari syarah shahih Bukhari XI / 501)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url