BERHATI LEMBUT DAN BERTUTUR KATA MANIS, ADALAH PRIBADI MUSLIM.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Sebagian besar umat Islam mampu menjalankan ibadah dengan baik, namun belumlah begitu banyak yang benar-benar mampu bertutur kata baik, terlebih terhadap orang yang pernah melukai perasaan, atau bahkan dianggap negatif.
Terkadang ada rasa enggan menyapa sesama hanya karena diri merasa lebih layak dihormati, merasa lebih berhak dihargai, sehingga saat berpapasan dengan sesama Muslim, pura-pura tidak melihat kerapkali dilakukan.
Sikap demikian tidak diperkenankan di dalam ajaran Islam. Bagaimana mungkin hal itu bisa dilakukan oleh insan beriman, sedangkan Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ untuk berendah hati kepada insan beriman.
“Dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman.” (QS. Al-Hijr [15]: 88).
Ibn Katsir menjelaskan yang dimaksud adalah, Allah ﷻ ingin Nabi Muhammad ﷺ mengutamakan sikap lemah lembut kepada orang beriman, seperti yang difirmankan dalam Surah At-Taubah ayat ke 128.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang beriman.
Lemah lembut, berwajah manis, dan bertutur kata yang baik kepada sesama Muslim akan menjadikan kebaikan-kebaikan melimpah di dalam kehidupan kita. Bahkan kelak, akan disediakan kamar khusus di dalam Surga.
Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin mengutip hadits Nabi ﷺ mengenai hal ini. “Sesungguhnya di Surga nanti terdapat kamar-kamar, dimana sisi-sisi bagian dalamnya dapat dilihat dari arah luarnya.”
Orang Baduwi bertanya, “Untuk siapakah kamar-kamar itu, ya Rasulllah?”
Beliau menjawab, “Untuk orang yang suka bertutur kata manis kepada saudaranya, memberi makan kepada fakir miskin, dan menyibukkan diri dengan beribadah pada saat orang lain sedang tertidur lelap.” (HR. Tirmidzi).
Dari Abu Syuraih, ia berkata pada Rasulullah
يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمِلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ
“Wahai Rasulullah ﷺ, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam Surga.”
Beliau bersabda,
إِنَّ مِنْ مُوجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلامِ، وَحُسْنُ الْكَلامِ
“Di antara sebab mendapatkan ampunan Allah adalah menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik.” (HR. Thabrani)
Demikianlah kebaikan atau balasan yang akan diterima oleh siapapun yang dapat bertutur kata lembut dan manis kepada sesama insan beriman.
Dan, di dalam kehidupan dunia, tutur kata yang baik, yang manis, yang meneguhkan iman akan menjadikan seseorang jauh dari musuh.
“Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali ‘Imran [3]: 159).
Masih dalam Ihya’ Ulumuddin, disebutkan bahwa Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, “Pada suatu hari, datanglah seorang wanita kepada Rasulullah ﷺ sambil mengatakan, ‘Aku mempunyai suatu keperluan dengan Anda.’
Sejumlah Sahabat saat itu tengah bersama Rasulullah ﷺ. Beliau mengatakan, ‘Duduklah di atas tanah (tikar) ini, dimana pun posisi yang engkau kehendaki, maka aku akan duduk bersamamu untuk memenuhi apa yang menjadi keperluanmu.’
Lalu wanita itu duduk, dan beliau pun duduk. Ia mengatakan keperluannya kepada Rasulullah ﷺ, dan beliau pun memperhatkan keperluan itu sampai selesai.” (HR. Muslim).
Artinya, Rasulullah ﷺ bersikap baik, bertutur kata manis, dan memberikan penghormatan tidak saja kepada para Sahabat yang mulia dan setia kepada Islam, tetapi orang lain pun, yang belum dikenal, sikap Rasulullah ﷺ sangat ramah dan memuliakan.
Demikianlah keteladanan Nabi ﷺ kepada kita. Betapa pentingnya bertutur kata yang baik, yang manis kepada sesama insan beriman, andai tidak ada harta yang bisa disedekahkan, maka berkata baik sangat diutamakan.
“Jagalah kalian dari api neraka, walaupun dengan bersedekah sepotong kurma. Namun siapa yang tidak mendapatkan sesuatu yang bisa disedekahkannya maka dengan (berucap) kata-kata yang baik.” (HR. Al-Bukhari).k
Terhadap hadits tersebut, Imam Nawawi menjelaskan bahwa semestinya kita memberikan ucapan yang baik, yaitu yang menyenangkan hati seseorang, jika ucapan itu mubah atau mengandung ketaatan.
Sekiranya bertutur kata tidak sempat dilakukan, maka tersenyum dan berwajah ceria, itu sudah sangat baik.
“Jangan sekali-kali engkau meremehkan perkara kebaikan walaupun hanya berwajah cerah ketika engkau bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim).
Dengan demikian, hal yang sangat penting diupayakan setelah ibadah yang utama adalah berakhlak baik kepada sesama dengan berwajah ceria, bertutur kata yang baik dan memberikan pertolongan kepada sesama yang membutuhkan.
Jika ada hal penting yang mesti masuk dalam daftar muhasabah harian setiap kita, bahasan ini adalah yang penting untuk dilakukan. Sebab kadang kala, dalam canda, tanpa sadar ada teman terluka karena ucapan kita yang berlebihan. Dalam interaksi secara kolektif, tak jarang kita mengungkap satu hal yang kadang membuat teman atau sesama tidak nyaman.
Semoga Allah ﷻ membimbing kita untuk senantiasa mampu berutur kata yang baik, yang manis kepada sesama setelah rajin dan sungguh-sungguh di dalam beribadah. Karena di antara tanda ibadah baik dan diterima adalah kesanggupan diri melakukan kebaikan, meski hanya dengan kata-kata kepada sesama Muslim. Allahu a’lam.