"Pegon Virtual Keyboard" Tranformasi Digital Pesantren.
Dalam era revolusi 5.0, dimana kita tidak asing lagi dengan dunia digitalisasi. Berbagai komponen lini perangkat yang membantu manusia berkembang telah masuk dunia digital, contohnya Kesehatan, hiburan, saint, bahkan ilmu pengetahuan, baik umum maupun keagamaan. Yang terbaru salah satu contohnya berikut ini.
Dalam Acara di Jakarta Covention Center Senayan, bertajuk Perayaan "Hari Amal Bhakti ke-78", pada tanggal 6 januari 2024 hari Senin. Diluncarkan produk digital oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Lewat menteri Agama, Bpk Youqot Cholil Qoumas di sampaikan produk berupa aplikasi "Pegon Virtual Keyboard" dan "Rumah Kitab".
Dalam sambutannya, menteri Agama Cholil Qoumas menyampaikan bahwa dua aplikasi ini sebagai bukti kekhasan dunia pesantren yaitu Aksara pegon dan kitab Kuning. Kini mulai bertranformasi mengikuti perkembangan teknologi berupa digitalisasi.
“Saya tidak akan bosan menyatakan bahwa kita berutang banyak terhadap aksara pegon. Kalau tidak ada aksara pegon yang menjadi perantara syiarnya, mungkin kita tidak akan bisa merasakan nikmatnya berislam di Nusantara. Karena itu kita harus menjaga dan melestarikan aksara pegon,” ujar Yaqut Cholil Qoumas Menag seperti dilaporkan Antara.
Sebelum membahas dua aplikasi tersebut, sebaiknya kita pelajari dulu sejarah aksara pegon. Sebuah Aksara yang berkembang di nusantara khususnya dunia pesantren(islam) selama ratusan tahun silam. Dan perkembangannya hanya dikalangan santri-santri dan para ulama.
Sejarah mencatat bahwa aksara ini berkembang dari turunan huruf hijaiyah (huruf arab). Dimana ada penambahan-penambahan tanda yang menjadikan cara bacanya agak sedikit berbeda dari huruf asli. Hal ini dikarenakan upaya kulturisasi dari bahasa arab ke bahasa nusantara untuk mempercepat perkembangan belajar islam serta penyebarannya.
Sejak awal muncul, aksara pegon dulu digunakan untuk menuliskan teks-teks keagamaan, teks sastra, surat menyurat, mantra, dan lainnya. Penggunaan aksara pegon dalam konteks peperangan, juga digunakan pada masa perjuangan. Hal ini menjadi salah satu strategi komunikasi para pejuang bangsa untuk menyampaikan strategi ataupun informasi dalam rangka mengelabui kolonial.
Dalam perkembangan dimasa sekarang, aksara pegon masih digunakan, namun hal ini sebatas di dunia pesantren. Hanya sedikit masyarakat umum yang mengetahui apalagi faham. Bahkan juga ada yang tidak tahu sama sekali walaupun pernah menjumpai tulisan aksara pegon tersebut.
Walaupun penggunaannya terbatas dan sedikit yang faham di indonesia yang masyarakatnya mayoritas islam. Aksara pegon harus tetap dilestarika karena merupakan warisan bangsa. Untuk itu kementerian agama meluncurkan produk digital ini. "Pegon Virtual Keyboard" dan "Rumah Kitab"
Pegon Virtual Keyboard adalah aplikasi digital papan ketik untuk menulis aksara pegon yang bisa digunakan oleh kalangan santri maupun masyarakat umum. Apalagi santri-santri sekarang sudah faham teknologi digital. Sehingga memudahkan mereka belajar dipesantren maupun saat diluar.
Sementara Rumah Kitab adalah platform digital yang menyediakan pembelajaran kitab kuning seperti yang dipelajari di pesantren. Pembelajaran kitab kuning di Rumah Kitab, terbagi dalam tiga jenjang, yaitu dasar (ula), menengah (wustha), dan atas (‘ulya). Dalam aplikasi ini masyarakat maupun santri dipermudah untuk pingin mengaji kitab apa dan berguru kepada kyai yang di inginkan
Kekhasan pesantren lainnya yang juga perlu dilestarikan adalah kitab kuning. Undang-undang No 18 tahun 2019 tentang Pesantren mengatur bahwa kitab kuning adalah salah satu rukun pesantren. Artinya, sebuah lembaga tidak bisa dikatakan sebagai pesantren kalau tidak mengajarkan kitab kuning.
Bagi masyarakat yang ingin mengunduh dua aplikasi ini bisa lewat Platform Playstore dengan kata kunci ‘Pegon Virtual Keyboard’ dan ‘Rumah Kitab’. Atau langsung lewat link berikut ini.
#Pegon_Virtual_Keyword(Tekan Tulisan).