Mengenal (SNO) "Swara Nahdlatoel Oelama", Majalah Kebanggaan NU Pada Massanya.
Nahdlatul Ulama (NU) memiliki sejarah panjang dalam dunia jurnalistik. Sebagai Organisasi Islam terbesar di indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Sejak berdiri yang memiliki misi membantu mencapai kemerdekaan Indonesia kala itu.
Penyebaran informasi adalah sangat penting dirasa saat itu. Salah satunya adalah penyebaran dakwah-dakwah yang bertujuan menangkal propraganda kolonialisme belanda.
Sehingga sebagai organisasi yang masih sangat muda usia berdirinya Nahdlatul Ulama, NU mantap mendirikan majalah sendiri. Hal ini merukapan wadah informasi-informasi yang nantinya di sebarkan ke masyarakat.
Sejak memasuki tahun kedua, organisasi para kiai bermadzhab tersebut, mulai mendirikan majalah sendiri. Di antaranya adalah Swara Nahdlatoel Oelama (SNO) yang menggunakan bahasa Jawa dan aksara Pegon. Isi majalah selain memberitakan internal kegiatan dan perjuangan NU, juga memuat perkembangan dunia Islam, masalah pemerintahan dan juga ilmu pengetahuan.
Namun, majalah SNO yang awalnya dijadwalkan terbit tiap bulan tak berjalan lancar. Seringkali terlambat terbit. Akan tetapi, penomorannya tetap berurutan. Sehingga, majalah yang terbit pada 1927 ini, baru mencapai tahun kelima terbitan meski sudah 1935.
Ketidakteraturan SNO itu, menjadi bahasan penting pada Muktamar X NU di Surakarta (1935). Dibentuklah devisi khusus untuk menangani dunia publikasi di lingkup NU tersebut. Tugas ini lantas dilimpahkan kepada Kiai Abdullah Ubaid, Kiai Machfudz Siddiq, Kiai Wahid Hasyim dan sejumlah nama lainnya.
Amanat tersebut lantas diwujudkan pada awal November 1935 dengan menerbitkan majalah Berita Nahdlatoel Oelama (BNO). Machfudz Siddiq dipercaya sebagai hofdredacturen (pemimpin redaksi). Dibantu oleh Kiai Wahid Hasyim dan Kiai Muh. Ilyas di meja redaksi. Sedangkan Abdullah Ubaid sendiri menjadi pemimpin administrasi.
Majalah ini direncanakan terbit tiap tengah bulan. Awalnya menggunakan aksara Pegon dengan bahasa Indonesia. Namun, ini bertahan sekitar 6 edisi. Selanjutnya, diganti dengan aksara Latin. Sebagai kelanjutan dari SNO, maka tahun terbit BNO dimulai sejak tahun kelima. Bukanlah tahun pertama sebagaimana umumnya media terbit.